Rabu, 14 Desember 2016

Beban Gempa untuk Perencanaan Struktur (Berdasarkan SNI 1726:2012)

Wilayah Indonesia sebagian besarnya merupakan wilayah dengan tingkat kerawanan gempa yang tinggi. Terkait dengan kondisi alam ini, diberlakukan suatu pedoman perencanaan/pelaksanaan sistem struktur yang diharapkan dapat mengantisipasi beban gempa, yaitu SNI 1726:2012. Standar ini diharapkan menyempurnakan pedoman sebelumnya yang telah diberlakukan yaitu SNI 1726:2002. Perhitungan beban gempa dapat dilakukan dengan metode analisis statik equivalen, analisis respon spektrum, ataupun analisis riwayat waktu (time history).

Gambar Grafik Respon Spektrum dan Distribusi Beban Gempa (Fx) tiap Lantai

Selain menentukan kelas situs, perhitungan percepatan gempa harus terlebih dahulu menentukan S1, Ss, Fa, dan Fv. Nilai S1 dan Ss diambil berdasarkan peta gempa, sedangkan nilai Fa dan Fv diambil berdasarkan tabel koefisien lokasi yang ada di SNI 1726:2012. Beban gempa selanjutnya dihitung hingga mendapatkan nilai Fx, nilai Fx tiap lantai inilah yang memiliki nilai berbeda dan didistribusikan sebagai beban laeral perlantai. 

Jumat, 18 November 2016

Pengertian Manajemen Konstruksi

Pada setiap kegiatan konstruksi baik untuk infrastruktur gedung, jalan dan sebagainya akan sangat memerlukan manajemen konstruksi yang baik. Secara umum, manjemen konstruksi (contruction management) merupakan cara agar semua yang terlibat berupa sumber daya dalam suatu proyek yang melaksanakan kegiatan konstruksi dapat dilaksanakan secara tepat. Sumber daya tersebut meliputi:
  1. Manpower, berupa para pegawai dan pekerja proyek.
  2. Material, berupa pasir, semen, besi tulangan, ataupun material konstruksi lainya.
  3. Machines, berupa alat berat ataupun mesin-mesin yang digunakan selama proyek konstruksi.
  4. Money, berupa dana untuk biaya setiap pekerjaan dalam proyek konstruksi.
  5. Method, berupa metode yang digunakan.
Secara khusus, proyek konstruksi sangat berbeda dengan industri manufaktur misalnya. Sebab setiap proyek konstruksi bersifat unik dan tidak sama, sehingga proses perencanaan sangat perlu untuk diperhatikan.

Selasa, 11 Oktober 2016

Struktur Beton Bertulang pada Gedung Bertingkat

Beton Bertulang merupakan material pada struktur gedung yang banyak digunakan selain material baja. Pada beberapa sistem struktur bahkan menggunakan perpaduan beton dan baja yang menghasilkan material komposit. Perencanaan gedung bertingkat biasanya akan sangat memperhitungkan beban lateral yang akan bekerja pada gedung. Beberapa sistem struktur pun digunakan untuk menahan beban lateral seperti beban gempa. Sistem struktur yang banyak dijumpai yang menggunakan beton bertulang adalah Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM), terdiri dari Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB), Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), dan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Sistem lain adalah dengan dinding penumpu yang menggunakan dinding geser (shearwall). Adapun di Indonesia, dasar perencanaan beton bertulang dapat mengacu pada SNI 2847:2013. Sedangkan untuk beban gempa, termasuk juga mengenai sistem struktur SRPM dan shearwall dapat mengacu pada SNI 1726:2012. Dengan perencanaan struktur gedung bertingkat yang baik, diharapkan bangunan yang direncanakan dapat bertahan dan melindungi para penghuninya dari resiko kerusakan.

Minggu, 18 September 2016

Ilmu Teknik Sipil dalam Perencanaan Infrastruktur

Infrastruktur yang memadai adalah salah satu faktor pendukung kemajuan suatu kawasan. Pembangunan infrastruktur tersebut harus didukung oleh kemampuan tenaga ahli dibidang teknik sipil. Ilmu teknik sipil secara umum dapat mencakup ilmu tentang struktur gedung bertingkat, rekayasa sumber daya air, rekayasa transportasi dan infrastrukturnya, geoteknik, maupun manajemen konstruksi. Para ahli dibidang teknik sipil akan mempertimbangkan banyak faktor dalam perencanaan maupun pelaksanaan kegiatan konstruksi. Salah satu pertimbangan utama yang dijadikan dasar ketika melakukan perencanaan adalah beban yang akan bekerja. Contohnya pada gedung bertingkat. Menurut Wolfgang Schueller, beban yang bekerja pada suatu struktur ditimbulkan secara langsung oleh gaya-gaya alamiah atau manusia; dengan kata lain, terdapat dua sumber beban bangunan: geofisik dan buatan manusia. Tentu beban yang yang dihitung dalam perencanaan harus sesuai dengan peraturan dalam SNI atau peraturan lain yang masih relevan digunakan untuk wilayah Indonesia. Apabila perencanaannya sudah baik, tentu akan miminimalisir resiko terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan berupa kerusakan bangunan.